Oleh : Ana Fitriyah, Prodi MPI STAI DUBA, Semester 1.
Manusia adalah makhluk sosial, yang
pastinya membutuhkan interaksi antar sesama manusia, membangun relasi
silaturrahmi sangat urgen dalam bermasyarakat karena sudah menjadi fitrah
manusia, “tidak bisa hidup sendiri”. Dalam berinteraksi, kita perlu komunikasi
sebagai sarana untuk berdialog, komunikasi yang
baik akan membuat lawan bicara betah terhadap apa yang kita bicarakan
kita perlu pengetahuan, ada banyak metode atau tahapan yang di dapat jika kita
memiliki ambisi untuk mengembangkan wawasan kita, maka belajarlah untuk mempersiapkan diri esok
hari,kita tidak pernah mengetahui takdir Allah, kita hanya bisa berusaha dan
berdoa, untuk hasilnya biarkan tangan Allah yang menentukan. Seyogyanya,
keinginan untuk belajar harus ditanamkan mulai sejak dini, sebagai cerminan
untuk masa depan nanti, sebagaimana termaktub dalam pepatah; ”Belajar diwaktu
kecil bagaikan mengukir diatas batu, tapi belajar diwaktu tua bagaikan mengukir
diatas air”, dari pepatah diatas, bisa disimpulkan bahwasanya, belajar waktu
usia muda, otak akan lebih mudah menerima ilmu pengetahuan karena kita focus
pada satu titik yaitu belajar, sedangkan jika kita belajar dimasa tua otak akan
lebih sulit menerima ilmu karena kita banyak hal yang terpikir oleh otak
sehingga perihal yang bersangkut paut dengan ilmu pengetahuan akan mengalami
stagnasi, Jadi akhwati fillah, jangan sia siakan masa mudamu hanya untuk
berleha- leha, bermalas malasan, namun
hadapilah kesibukan dengan kegiatan positif dalam menjalani kehidupan karena
apapun yang kamu lakukan hari ini adalah cerminan untuk masa depan mu nanti , so do the best for getting the best also.
Menjadi orang yang berpendidikan dikalangan
kaula muda zaman sekarang begitu mudah, alat-alat teknologi sudah berkembang
pesat mengikuti arus zaman 5.0, kegiatan menuntut ilmu tidak hanya didapatkan
di dalam kelas saja, namun banyak sekali
peluang untuk mu jika memang dalam diri antum sekalian memiliki keinginan untuk
menggapai tujuan, dan juga era now terupdate canggih mengakses segala hal yang
berbau ilmu pengetahuan dengan alat yang akrab disebut GADGET, berbagai variasi
pembelajaran online, sharing kajian , membuat konten positif, tergantung
bagaimana penggunanya hati –hati dengan benda satu ini, ia bagaikan pisau jika
kamu salah menggunakannya maka kamu kan terluka karenanya, jadikanlah sarana
yang ada sebagai pembentukan karakteristik, moral dan berwawasan global. Jika
kita sudah berilmu , maka tidak akan mudah terpengaruh keburukan yang sudah
terjadi di lingkungan sekitar, karena kita sudah mengetahui alternatif yang
mana harus ditempuh {membedakan mana yang hak dan bathil}, teruslah gali lebih
dalam berpengetahuan meskipun sampai ke negeri China sekalipun , karena akan
lebih banyak pula pengalaman yang didapatkan. Manusia yang terdidik akan berbeda dengan manusia yang tak terdidik,
kita bisa melihat dalam caranya bersosial dengan lingkungan, baik dari segi
fashion, tutur kata dan tingkah lakunya, yang bisa menikmati hasil dari
pendidikan bukan kita pribadi namun orang lain akan menilai serta merasakan
output {alumni}, lembaga pendidikan. Menjadi manusia terdidik, tidak semulus
jalan tol yang tak ada celah sekalipun, namun pasti ada batu kerikil dalam
setiap perjalanan , dari situlah kita terbentur untuk terbentuk, tertatih untuk
bisa terlatih, terbayang dalam benak
antum sekalian, dulu ketika
menjadi murid bagaikan budak yang harus tunduk atas perintah guru, dan sekarang
kita bisa merasakan hasil dari kepatuhan dan tidak pernah membuat hatinya
tergores ,ingatlah kata-kata ini kawan, “Jika kamu berbuat kebaikan kepada
orang lain maka kebaikan pula yang akan datang kepadamu namun jika kamu berbuat
keburukan maka ia akan kembali kepada dirimu sendiri, so take care on your
self, think before doing,,, “Kemarin
kita sempat diperbudak namun seiring bergulirnya masa kita menjadi terdidik”.
Jika terdengar ditelinga anttuna sekalian,
kata budak bagaikan pembantu saudagar kaya pada zaman dahulu, seakan seorang
budak berada di derajat paling bawah, namun makna disini bukanlah perihal masa
lampau,tapi artian disini lebih ke patuh, tunduk bahkan mengabdinya seorang
murid terhadap guru, jika ranahnya di majelis ta’lim, patuhnya anak terhadap
orang tuanya, dan juga rasa penghambaan umat manusia terhadap tuhannya. Dalam
lingkup menuntut ilmu disana terdapat interaksi
antara guru dan murid yang mana murid diibaratkan dengan budak yang
wajib mematuhi segala ucapan, perlakuannya,jika tidak melenceng dari peraturan
agama dan masih dalam garis kebaikan, karena siapapun yang yang pernah
memberikanmu pengetahuan satu alif saja dia tetaplah di sebut seorang guru,
ingatlah jangan melihat dari fashionnya tapi lihatlah apa yang disampaikan,
jadi hargailah dia meskipun jangka umurnya lebih muda daripada kamu karena
Sehebat apapun kamu di depan gurumu maka disanalah kamu tetap murid.
Seyogyanya,
pendidikan awal yang ditempuh oleh manusia adalah sekolah ibu. Beliau merupakan
almadrasatul ula bagi anak-anaknya, peranan seorang ibu sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, sebelum kita beranjak menjadi orang
tua alangkah baiknya jika kita mempersiapkan diri untuk mendidik dengan baik, dengan kita belajar dan mencari
pengalaman sehingga menjadi orang yang berpendidikan, baik dalam lingkup
sekolah, keluarga, dsb dan pastinya pelu banyak acuan untuk disampaikan kepada
masyarakat sekitar, dan proses tidak secara langsung namun perlu proses
bertahap untuk menjadi apa yang kamu inginkan, jika sudah berpendidikan insya
allah segalanya akan mudah dan tidak mudah dipengaruhi oleh hal hal yang tidak
logis. Dan juga tholabul ilmi sebagai pembentukan karakteristik, moral dan
spiritual, sehingga dalam mendidik anak ia sudah mahir dan mengetahui metode
mencetak generasi yang baik, atau bisa di sebut menjadi orang yang di orangkan,
ini salah satu istilah orang desa, maksudnya kita sebagai generasi selanjutnya
dituntut untuk menjadi orang yang dianggap ada dalam masyarakat, sedangkan
dalam bermasyarakat zaman sekarang mayoritas menganut zaman kuno (klasik),
seperti perspektif orang awam yang telah disurvei oleh salah satu dosen Bahasa
Indonesia STAI DUBA, bahwasanya pemikiran orang tua tentang masalah pendidikan
terhadap anak minim, apalagi bagi wanita yang mana pernyataan wali murid “Buat
apa wanita menempuh pendidikan tinggi wong pada akhirnya pasti ke dapur”
Jadi,
guys kita sebagai pejuang dalam menuntut ilmu tetap kobarkan semangat api
meskipun netizen mengomentari sana sini, biarlah mulut tetangga kocar kacir
jadikan ocehan mereka sebagai asupan ambisi, buktikanlah bahwa sudut pandang
mereka tidak benar.
”TETAPLAH
DALAM GARIS KEBAIKAN, KARENA SEBIJI DZARRAHPUN ALLAH AKAN MEMBALASNYA JUA”.